Kamis, 24 Maret 2016

ASI Ekslusif vs Akses Pornografi

Baru-baru ini masyarakat Indonesia dihebohan dengan pernyataan Menteri Kesehatan, Nila F. Moeloek yang mengatakan bahwa pemberian ASI (air susu ibu) eksklusif pada anak berkaitan dengan perkembangan mentalnya. Lebih lanjut, dalam pernyataannya, Menkes Nila F. Moeloek merasa prihatin melihat berbagai pemberitaan terkait remaja yang bertindak anarkis bahkan sudah mengakses pornografi. Hal tersebut menurutnya berkaitan dengan mental mereka (remaja) yang seharusnya bisa dibentuk dengan baik sejak kecil, salah satunya melalui pemberian ASI eksklusif.

Terlepas dari pernyataan Menkes Nila F. Moeloek, kekhawatiran maraknya akses pornografi cukup berasalan. Data yang dirilis sebuah situs porno terbesar di Amerika Serikat pada 2014 menunjukkan adanya peningkatan akses konten dewasa oleh pengguna internet asal Indonesia. Peringkat tersebut menempatkan Indonesia berada di urutan kedua setelah Turki sebagai penyumbang lonjakan trafik pengunjung situs porno terbesar di dunia.

Di sisi lain, berdasarkan data yang dirilis detikhealth.com mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki catatan buruk tentang laktasi. Laporan World Breastfeeding Trends Initiative (WBTi) pada 2012 menempatkan Indonesia di peringkat 48 dari 51 negara yang mendukung pemberian ASI eksklusif. Saat itu, baru 27,5 persen ibu di Indonesia yang memberikan ASI eksklusif.

Apakah hanya sebuah kebetulan jika akses konten dewasa di Indonesia meningkat sementara skor laktasinya masih rendah, seperti yang dikatakan Menkes Nila F. Moeloek. Namun, terlepas dari itu semua, rasanya wajar jika Menkes Nila F. Moeloek merasa prihatin dengan yang terjadi pada remaja Indonesia. Terlebih, di dunia digital yang semakin canggih, di mana gadged bukan lagi barang mewah, semakin memudahkan remaja untuk mengunjungi konten-konten negatif seperti pornografi.

Menanggapi masalah tersebut, sebetulnya berbagai upaya terus dilakukan bukan hanya pemerintah, melainkan masyarakat sekitar. Salah satunya adalah yang dilakukan oleh Komunitas Internet Sahabat Anak (KISA) yang ada di Kota Depok. Saat ini, komunitas yang bergerak di bidang literasi media digital ini gencar mengampanyekan internet sehat. Adanya komunitas ini juga mendukung upaya Pemerintah Kota Depok yang memiliki program sebagai Smart City. Bahkan baru-baru ini, komunitas yang dimotori oleh Rita Nurlita Setia ini telah mengadakan workshop “Parental Control dan Tips Memblokir Konten Negatif” dengan mengundang pembicara dari Ketua Relawan TIK Nasional, Indriyatno Banyumurti, yang diadakan pada Sabtu (19/3/2016) lalu di Perpustakaan Kota Depok.


Penulis: Fahrudin Mualim

0 komentar:

Posting Komentar